Monitoring Hama Penyakit di kabupaten paser
- Bidang Perkebunan
- 12 February 2022
- 1203 Views
11februari 2022 Dinas Perkebunan dan Peternakan Kabupaten Paser menugaskan Tim pengendali Hama Penyakit yaitu Bambang Irawan, SP, Nurhadi, SP dan Fadillah Ananta, SE melakukan peninjauan lapangan dilahan yang dilakukan penumbangan tanaman sawit yang tidak produksi lagi. Dikarenakan biasanya akan muncul berbagai macam organisme pengganggu tanaman disekitar lahan perkebunan yang ada bekas tumbangnya (tumpukan) potongan pohon Kelapa Sawit .
Ketergantungan kita terhadap bahan-bahan kimia (pupuk kimia) apalagi bahan yang bersifat racun (insektisida, fungisida, bakterisida) harus segera kita tinggalkan. Kita harus menggali bahan-bahan disekitar kita yang bisa kita manfaatkan untuk mengganti bahan kimia tersebut. Sudah saatnya kita kembali ke alam, banyak mikroorganisme yang dapat kita manfaatkan untuk proses kelestarian lingkungan kita.
Salah satu mikroorganisme fungsional yang dikenal luas sebagai pupuk biologis tanah dan biofungisida adalah jamur Trichoderma, sp, mikroorganisme ini adalah jamur penghuni tanah yang dapat diisolasi dari perakaran tanaman lapangan. Trichoderma, sp disamping sebagai organisme pengurai, dapat pula berfungsi sebagai agen hayati dan stimulator pertumbuhan tanaman. Trichoderma, sp dapat menghambat pertumbuhan serta penyebaran racun jamur penyebab penyakit bagi tanaman seperti cendawan Rigdiforus lignosus, Fusarium oxysporum, Rizoctonia solani, Fusarium monilifome, sclerotium rolfsii dan cendawan Sclerotium rilfisil.
Penggunaan pupuk biologis dan biofungisida Trichoderma, sp memang tidak memperlihatkan dampak manfaatnya secara langsung seperti pupuk ataupun fungisida kimia. Dengan penggunaan rutin secara berkala pupuk biologis dan biofungisida Trichoderma, sp akan memberikan mafaat yang lebih baik daripada pupuk dan fungisida kimia.
Kondisi Optimum Trichoderma, sp
Trichoderma, sp merupakan cendawan (fungi) yang termasuk dalam kelas ascomycetes, dimana Trichoderma, sp banyak ditemukan di dalam tanah hutan maupun tanah pertanian atau pada tunggul kayu. Trichoderma, sp akan tumbuh dengan baik pada suhu 6oC sampai dengan 41oC dengan ph optimum 3 sampai dengan 7 dan Sukrosa dan glukosa merupakan karbon utama. Untuk berkembangbiak cendawan ini menggunakan konidia (spora).
Cara Pembiakkan Trichoderma, sp
Selain berkembangbiak secara alami di alam bebas, Trichoderma, sp dapat juga dibiakkan secara buatan. Proses pembiakkan cendawan ini melalui dua tahapan yaitu starter dan pembiakkan pada media tanah (kompos).
Pada tahap starter, bahan yang butuhkan adalah beras, sekam padi, dan biang Trichoderma, sp. Biang Trichoderma, sp dapat diperoleh pada Balai Proteksi Tanaman Perkebunan Dinas Perkebunan. proses pembiakan starter diawali dengan mengukus campuran 30 kg beras dan 1,5 kg sekam padi selama satu setengah jam, diperkirakan beras telah lengket tapi tidak terlalu masak. Campuran beras dan sekam padi yang telah dikukus dimasukan dalam kantong plastik ukuran 1kg sebanyak setengah dari kantong plastik kemudian dikukus kembali selama satu jam. Angkat dan dinginkan dalam ruangan yang bersih (steril) selama 12 jam. Masukan biang Trichoderma, sp ¼ petri kedalam kantong plastik berisi campuran beras dan sekam kemudian dikocok sampai tercampur rata. Setelah kantong plastik diikat rapat, susun dan simpan pada ruangan bersih dan terhindar dari sinar matahari. Trichoderma, sp akan terlihat tumbuh setelah satu sampai dua minggu. Trichoderma, sp yang telah tumbuh pada media beras dan sekam disebut dengan starter beras yang selanjutnya dapat dibiakkan pada media tanah.
Pembiakan Trichoderma, sp pada media kompos dibutuhkan bahan-bahan berupa kompos, kotoran sapi, epektif mikro organism (EM-4), gula merah, air, dan starter beras. Langkah awal adalah dengan mencampur 6 M3 kompos dengan 3 M3 kotoran sapi lalu, di siram dengan campuran satu botol EM-4, 5 Kg gula merah, yang dilarutkan dengan 100 liter air. Penyiraman ini dilakukan serata mungkin setelah itu di tutup dengan terpal selama dua sampai dengan empat hari, sampai bau kotoran sapi hilang. Campurkan starter beras pada media kompos dengan perbandingan 1 M3 media kompos dicampur dengan 25 Kg starter beras. Aduk secara merata, kemudian tutup dengan terpal. Setelah satu bulan Trichoderma, sp akan tumbuh dengan ditandai munculnya benang-benang halus berwarna putih pada permukaan media kompos. Ketika media telah ditumbuhi cendawan Trichoderma, sp , media tanah dapat disimpan pada karung plastik berukuran 20 kg atau di aplikasikan langsung sebagai pupuk biologis dan biofungisida. Hal yang paling penting dalam proses pembiakkan cendawan Trichoderma, sp adalah kebersihan lingkungan dan peralatan yang digunakan.
Cara Aplikasi Pupuk Biologis dan Biofungisida Trichoderma,
Pada Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) dan Tanaman Menghasilkan (TM)
Taburkan Trichoderma, sp secara merata dari pangkal batang hingga radius 50 - 70 Cm kemudian ditutup dengan tanah setebal 1 - 2 Cm. Dosisi penggunaan untuk tanaman umur 1 - 3 tahun 100 gr per pohon dan pada tanaman umur lebih dari empat tahun 150 gr per pohon. Penaburan diulangi setiap enam bulan.
Tunggul bekas tanaman tua atau tanaman lainnya di areal perkebunan ditaburi Trichoderma, sp sebanyak 100 gr per tunggul setiap 6 bulan sekali sampai tunggul habis terurai (lapuk). Aplikasi ini bertujuan agar jamur parasit yang tumbuh pada tunggul dapat ditekan penyebaranya.
Penggunaan Trichoderma, sp sebagai pupuk biologis dan biofungisida pada tanaman,Trichoderma, sp dapat juga di aplikasikan pada semua jenis tanaman. Mengenai cara dan dosis penggunaan tentunya disesuaikan dengan jenis tanaman. Pada prinsipnya aplikasi cendawan ini sama halnya dengan pemberian pupuk organik pada tanaman.
Penggunaan agen hayati Trichoderma, sp di harapkan dapat melepaskan ketergantungan kita pada bahan kimia. Hal penting yang harus kita ketahui, saat ini tanah kita sedang sakit akibat penggunaan pupuk kimia yang berlebihan. Selain itu miliaran mikroorganisme mati akibat penggunaan pertisida (racun) yang berlebihan. Kondisi demikian tentunya harus kita sikapi secara bijak, biasakan menggunakan pupuk organik dan biofungisida agar alam kita tetap lestari.'''